Pengertian dan Dasar Historis Sejarah Kepemimpinan Yang Melayani



Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) adalah sebuah paradox, suatu pendekatan untuk kepemimpinan yang bertentangan dengan realism yang ada. Citra kita setiap hari tentang kepemimpinan tidak cocok dengan konsep pemimpin sebagai pelayan. Pemimpin memengaruhi, dan pelayan mengikuti. Bagaimana kepemimpinan bisa melayani dan memengaruhi secara bersamaan ? bagaimana seseorang bisa menjadi pemimpin dan pelayan secara bersamaan / walaupun pemimpin yang melayani tampak kontradiktif dan menantang keyakinan tradisional kita tentang kepemimpinan, ini adalah pendekatan yang menawarkan perspektif unik.

Kepemimpinan yang melayani, yang bermula dalam karya tulis Greenleaf (1970,1972,1977), telah menjadi minat pakar kepemimpinan untuk lebih dari 40 tahun. Hinga baru-baru ini, sedikit penelitian empiris tentang kepemimpinan yang melayani telah muncul dalam jurnal terkenal di mana artikel harus dibaca terlebih dulu okleh pembaca ahli.
Serupa dengan teori kepemimpinan awal, kepemimpinan yang melayani adalah pendekatan yang berfokus pada kepemimpinan dari sudut pandang pemimpn dan perilakunya. Kepemimpinan yang melayani menekankan bahwa pemimpin perhatian pada masalah pengikut mereka, empati dengan mereka, serta mengembangkan mereka. Pemimpin yang melayani mengutamakan pengikut, memberdayakan mereka, dan membantu mereka mengembangakan kapasitas pribadinya secara penuh. Selain itu, pemimpin yang melayani bersifat etis serta memimpin dengan cara yang melayani kepentingan yang ebih besar dari organisasi, komunitas, dan masyarakat secara umum.

DEFINISI PEMIMPIN YANG MELAYANI
Akademis telah membicarakan pendekatan ini dari banyak sudut pandang yang berbeda, dalam beragam definisi kepemimpinan yang melayani. Greenleaf (1970) memberikan definisi yang paling sering dirujuk  :
“kepemimpinan yang melayani dimulai dengan perasaan alamiah bahwa kita ingin melayani lebih dulu. Lalu pilihan yang disadari membawa seseorang berharap untuk memimpin…. Perbedaan muncul dengan sendirinya dalam perhatian yang diberikan oleh pelayan : pertama memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi dari orang lain telah terpenuhi. Tes terbaik adalah : apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai manusia yang baik; apakah mereka yang dilayani menjadi lebih sehat, bijak, bebas, otonom, lebih mungkin menjadi pelayan ? dan, apakah dampaknya  pada kelompok yang paling tidak beruntung di masyarakat; akankah mereka untung, atau, setidaknya, akankah mereka tidak akan semakin kekurangan ? Greenleaf, 1970, h.15).”
Walaupun kompleks, definisi ini menetapkan ide dasar kepemimpinan yang melayani yang telah disoroti oleh para pakar. Pemimpin yang melayani menetapkan kepentingan pengikut di atas kepentingan diri sendiri dan menekankan perkembangan pengikut (Hale & Fields, 2007). Mereka menunjukan perilaku bermoral yang kuat terhadap pengikut (Graham, 1991; Walumbwa, Hartnell, & Oke, 2010), organisasi, dan pemilik kepentingan lainnya (Ehrhart, 2004). Mempraktikan kepemimpinan yang melayani menjadi semakin mudah bagi sebagian orang dibandingkan yang lain, tetapi semua orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin yang melayani (Spears, 2010). Walaupun kepemimpinan yang melayani terkadang diperlakukan oleh orang lain sebagai suatu sifat, di dalam diskusi ini, kepemimpinan yang melayani dilihat sebagai suatu perilaku.
DASAR HISTORIS KEPEMIMPINAN MELAYANI
Robert K. Greenleaf mencetuskan mencetuskan istilah kepemimpinan yang melayani dan merupakan penulis dari karya yang menginspirasi tentang topic ini. Indentitas dan tulisan Greenleaf sangat memengaruhi bagaimana kepemimpinan yang melayani dikembangakan pada tingkat praktis dan teoritis. Dia mendirikan Center for applies ethics pada 1964, sekarang Greenleaf Center for Servant Leadership, yang menyediakan tempat untuk informasi dan titik penting untuk penelitian serta penulisan tentang kepemimpinan yang melayani.
Greenleaf bekerja selama 40 tahun di AT&T dan, setelah pensiun, mulai mengekplorasi bagaimana institusi berfungsi dan bagaimana mereka bisa melayani masyarakat dengan lebih baik. Dia telah tertarik dengan masalah kekuatan serta otoritas san bagaiman individu di dalam organisasi bisa saling mendukung secara kreatif. Dengan tegas menentang kepemimpinan yang melayani, Greenleaf menyarankan untuk menggunakan komunikasi guna membangaun consensus dalam kelompok.
Greenleaf memberikan formulasinya tentang kepemimpinan yang melayani untuk novel Herman Hesse,  The journey to the east. Hal itu menyampaikan cerita tentang sekelompok pelancong yang ditemani oleh seorang pelayan yang melakukan pekerjaan yang membosankan bagi pelancong tersebut tetapi juga membantu merekan dengan semangat dan lagunya. Ketika pelauan tersesat dan hilang dari kelompok, pelancong menjadi panik dan meninggalkan perjalanan itu. Tanpa pelayan, mereka tidak mampu melanjutkan. Pelayanlah yang akhirnaya memimpin kelompok. Sia muncul sebagai pemimpi lewat perhatianya kepaa para pelancong, tanpa mementingkan dirinya sendiri.
Selain untuk melayani, Greenleaf menyatakan, pemimpin yang melayani memiliki tanggungjawab sosial untuk peduli dengan orang-orang yang tak berpunya dan mereka yang tidak beruntung. Bila diskriminasi dan ketidakadilan sosial muncul, pemimpin yang melayani mencoba untuk menghilangkan hal tesebut. Dengan manjadi pemimpin yang melayani, seorang pemimpin menggunakan kekuatan dan  kendali institusional yang lebih sedikit, sambil menggeser otoritas tersebut ke mereka yang memimpin. Kepemmpinan yang melayani menghargai komunitas kerena hal itu member peluang bagi individu untuk langsung mengalami saling ketergantungan, penghargaan, kepercayaan, dan pertumbuhan individual (Greenleaf,1970).

Belum ada Komentar untuk "Pengertian dan Dasar Historis Sejarah Kepemimpinan Yang Melayani"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel